Ibarat Romeo dan Juliet, ibarat amplop dan perangko, ibarat karung dan rombeng, mati lampu dan hujan juga hampir selalu bersama.
Saat hujan turun, segeralah persiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi mati lampu. Turunnya hujan adalah indikator segera mati lampu. Hujan turun tidak membuat aktifitas kantor terhenti, tapi jika mati lampu/listrik padam, tertundalah semua pekerjaan.
Disisi lain, saat jam kantor telah berakhir sementara langit belum berhenti menangis, karyawan yang seharusnya segea pulang dan berkumpul bersama keluarga dirumah, harus tetap setia di kantor hingga langit kembali tersenyum dan mengizinkan kita melangkah dibawahnya. Bahkan sesekali, karyawan terpaksa menginap di kantor, menikmati sudah seharian menghiasi pandangan mata, tidur beralaskan karpet seadanya.
Sabar adalah satu-satunya kata yang dapat menghibur, kata yang dapat menahan langkah agar tidak pulang melawan badai.
Saat-saat seperti ini, dimana ruang kantor menjadi pemandangan yang menjenuhkan, satu-satunya pilihan terbaik adalah segera memejamkan mata untuk tidur. Namun, jika mata juka tak mau diajak kompromi, ambillah selembar kertas dan sebuah pena, tumpahkan semua perasaan anda didalamnya.
NB:Tulisan ini terlahir diantara rintik-rintik air mata langit dan temaram lampu tecstar, diantara tumpukan buku-buku dan alat tulis kantor, disaat mata tak mau diajak kompromi, diatas karpet berukuran 1x1,5 m.
tulisan yg semisal; Bagus Sang Raja Upil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar