Minggu, 07 Februari 2010

SAYA DAN ROKOK

Saya menengenal rokok sejak saya duduk di Taman Kanak-Kanak, tentunya seusia itu kita udah bisa berfikir dan mengenal dengan baik sebuah benda. Pertama kali bibir saya bertemu dengan puntung rokok terjadi saat saya duduk di kelas 1 MI RM Putra, waktu itu hanya sekedar iseng, coz ada puntung rokok yang baru dibuang dan belum mati, saat itu bukannya saya hisap sebagaimana lazimnya orang merokok, tapi saya tiup!!!! Gilanya, itu saya lakukan didepan bapak saya, langsung kena semprot bin omelan n sedikit penjelasan bahwa tu nggak boleh.

Saat saya duduk di kelas VI MI, saya udah mulai berani menikmati batangan-batangan rokok, saat itu masih pake’ AKAR MAS, harganya Rp. 900,-. Hampir setiap hari saya merokok, siang hari selepas sholat dzuhur saya dan teman2 merokok di hutan2 dibelakang rumah sambil bakar singkong dan ubi, malam hari kami di warung sambil menoton televisi.
            Ketika saya menginjak bangku Tsanawiyah, konsumsi rokok saya berkurang, bisa dihitung jari dalam sebulan. Saat itu saya lebih banyak berdiam diri di rumah atau kumpul dengan teman2 di asrama untuk berolahraga, hingga jarang sekali terfikir untuk merokok.
            Nah, waktu mau lulus Tsanawiyah, kebiasaan merokok saya kembali lagi, tapi saat itu masih bisa dibilang kurang, hanya malam hari, itupun cuma satu batang/malam. Situasi ini terus berlanjut hingga saat saya menginjak bangku Aliyah kelas 1, bahkan ada sedikit penambahan, yaitu sebelum masuk sekolah. Biasanya, setiap pagi saya berangkat lebih awal dari teman-teman yang laen, sebelum sampe’ di sekolah, saya mampir dulu ke warung untuk merokok, begitu pula di sore hari saat berangkat maen sepak bola yang lapangannya lumayan jauh dari rumah.
            Setelah sekian tahun saya merokok, akhirnya ketahuan juga oleh Bunda, saat itu Bunda marah banget, sampai-sampai saya tidak diperbolehkan keluar rumah untuk bermaen, selain waktu sekolah dan sholat, saya harus tetap berada dirumah. Ternyata yang mengetahui kebiasaan itu bukan hanya Bunda, tetapi semua guru-guru sayadi Aliyah, sampai-sampai saat kenaikan kelas, saya dapat persyaratan harus berhenti merokok. Waktu itu, saya sampe’ sujud syukur dihadapan seorang ustadz, atas kemurahan hatinya masih memberi saya toleransi, tidak seperti teman saya yang laen, langsung tinggal kelas.
            Ternyata kemurah hatian ustadz tersebut tidak saya gunakan sebaik-baiknya, pada suatu malam di tahun 2004, saat itu bertepatan dengan UERO 2004, saya dan Muzhirul Haq (saat ini sedang menuntut ilmu di Yaman) berniat ikut nonton bareng di asrama bersama teman2 yang laen. Sambil menunggu pertandingan yang akan di tayangkan pukul 2:30 WITA, saya dan beberapa orang teman bermaen sepak bola di pendopo sampai pukul 00:00 WITA, kemudian saya dan Ujil naek ke tingkat atas asrama dan merokok disana.
            Tanpa sepengetahuan kami, ternyata pihak keamanan melaporkan ulah kami ke Bos Geng penguasa asrama, ust. Khudri Yahya, orang yang terkenal tidak punya toleransi atas pelanggaran santri. Malam itu beberapa kali sendal BATA beliau mendarat di kepala saya, hingga menyebabkan sakit yang amat teramat sangat, bahkan sampai sekarang masih sering saya rasakan akibatnya. Malam itu pula, ustadz saya datang dan membawa kabar bahwa saya tidak dapat menginjak kelas 2 Aliyah karena apa yang telah saya perbuat.

Bersambung.....
(cape’ juga nulisnya, laen kali deh lanjutannya.....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar