Senin, 15 Maret 2010

Slamat Untuk Muhammad Abdus Syakur Hidayatullah bin Ahmad Fitri (Lengkap kap kap!!!)

Alhamdulillah. Atas dukungan dan partisipasi Anda sebagaimana ajakan saya pada pesan sebelumnya, Muhammad Abdus Syakur berhasil menjadi juara II dalam lomba foto tentang 'Seni di Kotamu' yang digelar British Council Indonesia bekerjasama dengan Kompas.com Photo.

Syakur, demikian dia dia dipanggil, adalah santri Hidayatullah yang menyelesaikan pendidikan formalnya dari PDI sampai dengan SMA di Gunung Tembak Balikpapan. Minatnya yang besar ke dunia fotografi kemudian membawa dirinya ke ibu kota negara. Di kota metropolititan yang beraroma hedonis ini, Syakur mencoba "melacurkan" diri dengan obsesi besarnya menjadi fotografer melebihi Arbein Rambey, fotografer Kompas. Dan dia memang menikmatinya. Salah satunya dengan mengikuti lomba tersebut di atas.

Asal tahu saja, pemuda Bugis penyuka empek-empek Palembang ini, sebelumnya hanyalah santri biasa. Sehari-hari di masa sekolahnya lebih sering pegang cangkul. Kamera, di masa beliau, adalah benda aneh dan nihil ditemui. Apalagi ketika di masa PDI (Pendidikan Dasar Islam) atau sekarang Madrasah Ibtidaiyah, Syakur lebih suka brijing ke hutan mencari kehidupan eksotik dengan buah-buahan salak atau pisang, bersama konco-konconya.

Bakar pisang, rebus atau bakar singkong, brijing salak, kates, dan sejenisnya, adalah aktifitas yang tidak lepas dari pria yang 19 tahun silam ini.

Dunia foto memoto, bagi Syakur, adalah "Natural. Saya menikmatinya," katanya tempo hari, dalam bincang-bincang ringan dengan kami.

Prinsip hidup pria yang sebetulnya sudah berumur matang untuk ikut massalan di Gunung Tembak bulan depan ini mengaku tidak muluk-muluk. "Saya ingin seperti air," katanya. Hidup kata Syakur, tak ubahnya semisal air. "Ketika tidak mampu menembus, maka cobalah untuk menghimpun lagi kekuatan agar semakin banyak. Dan mulailah pelan-pelan menembus aral," demikian petuah dia.

Bukan Syakur saja, kita pun mestinya mencoba mencontoh air. Filosofi air adalah metamorfosa menuju sukses, menuju kebahagiaan, kemantapan, dengan sangat natural dan proporsional.

Buat Syakur, selamat atas capaiannya. Semoga ke depan bisa lebih membesar dan bagus lagi prestasi-prestasinya. Saya juga tidak tahu berapa juta hadiah yang Kau bawa pulang. Sampai pagi ini kau belum juga muncul. Yang jelas, saya sudah menunggu di sini, di tempat biasa, menanti ajakan makan siang yang besar. hehe..



NB: Di culik dari pesan Ainnuddin on the facebook.....